Pawiyatan Jawi tentang Busana, Unggah-Ungguh dan Salah Kaprah Basa
Hasil Kerja Sama Kundha Kabudayan Kota Yogyakarta dengan KORPRI Kota Yogyakarta
YOGYAKARTA – Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta bekerja sama dengan Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) Kota Yogyakarta menyelenggarakan kegiatan ‘Pawiyatan Jawi: Busana, Unggah-Ungguh, dan Salah Kaprah Basa bagi ASN Pemerintah Kota Yogyakarta.” Acara tersebut dilakukan di Ruang Sambisari, Hotel Cavinton Yogyakarta, pekan lalu (18/10/2024). Menariknya, acara ini juga disiarkan secara daring melalui kanal YouTube Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta.
Acara tersebut diikuti 75 peserta secara luring dan juga diikuti seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemkot Yogyakarta dan juga masyarakat luas secara daring. Tujuan dari Pawiyatan Jawi ini adalah melestarikan nilai-nilai budaya Jawa, meningkatkan profesionalisme ASN, memperkuat identitas Keistimewaan Yogyakarta, serta mencegah kesalahan dalam penggunaan bahasa Jawa dalam pelayanan publik.
Acara dibuka Ketua Dewan Pengurus KORPRI Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya. Ia menekankan pentingnya pelatihan ini sebagai bentuk komitmen ASN dalam melestarikan budaya lokal dan menjaga citra keistimewaan Yogyakarta.
“Pawiyatan Jawi bukan hanya sebuah pelatihan teknis, tetapi juga bentuk tanggung jawab kita sebagai ASN untuk meneruskan warisan budaya dan menjaga tradisi luhur yang menjadi identitas Yogyakarta,” kata Aman.
KORPRI Kota Yogyakarta memiliki tagline KORPRI reborn sejak 3 tahun terakhir ini, bertujuan membangun kebersamaan seluruh anggota KORPRI. KORPRI Kota Yogyakarta juga menjadi juara pertama tingkat nasional pada 2023 lalu.
Tujuan KORPRI mensejahterakan anggotanya, agar ajur ajer harmonis selaras serasi. Diadakannya Pawiyatan Jawi ini untuk meningkatkan pemahaman tata aturan Jawi bagi seluruh ASN anggota KORPRI agar paham kaidah-kaidahnya. Harapannya semua sejahtera lahir batin, sehingga akan memberikan kontribusi iklim kondusif bagi kerja kinerja aparatur KORPRI Kota Yogyakarta.
“KORPRI Kota Yogyakarta juga memiliki agenda-agenda inovatif. Di antaranya, Kampung Bakti Pangemban Praja, Olahraga Tradisional, Padhos Jodho, dan juga ada satu unit bisnis retail KORPRI,” papar Aman.
Sementara itu, dalam sambutannya Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Yetti Martanti mengatakan, pelaksanaan Pawiyatan Jawi ini merupakan langkah penting dalam memperkuat jati diri ASN sebagai representasi budaya Jawa yang unggul di tengah masyarakat.
“Keistimewaan Yogyakarta bukan hanya dalam struktur pemerintahan, tetapi juga terwujud dalam budaya, adat, dan tata krama yang kita lestarikan. ASN memegang peran penting dalam menjaga dan meneruskan nilai-nilai luhur ini, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,” papar Yetti.
Yetti menambahkan, melalui pelatihan tersebut, ASN akan lebih memahami penggunaan busana adat yang benar, tata krama unggah-ungguh, dan penggunaan bahasa Jawa yang tepat sesuai dengan konteks.
“Pelatihan ini membantu ASN tidak hanya untuk tampil profesional, tetapi juga menjaga identitas budaya yang membedakan Yogyakarta sebagai daerah yang istimewa,” tambah Yetti.
Pelatihan Pawiyatan Jawi menghadirkan dua narasumber yang ahli dalam adat dan tradisi Jawa, yaitu Faisal Noor Singgih dan Wahyuni Shinta Utami. Keduanya memiliki latar belakang mendalami tradisi Jawa dalam keseharian mereka. Para peserta akan diberikan pemahaman mengenai beberapa topik penting.
Seperti, Motif Batik Larangan. Para peserta mendapatkan penjelasan mengenai motif-motif batik yang secara tradisional hanya diperuntukkan bagi kalangan keraton dan tidak seharusnya dikenakan oleh rakyat biasa.
Kedua, Busana Jawa Gagrag Ngayogyakarta untuk Putra dan Putri. Penjelasan mengenai penggunaan busana adat yang benar, baik untuk laki-laki maupun perempuan, yang mencerminkan tata nilai dan estetika budaya Jawa. Termasuk busana adat untuk anak perempuan yaitu sabuk wala dan untuk anak laki-laki kencongan.
Ketiga, adalah Subasita dan Unggah-Ungguh. Ini adalah pemahaman mengenai subasita atau sopan santun dalam berbicara, serta tata krama unggah-ungguh dalam perilaku sehari-hari, yang penting dalam memberikan pelayanan publik dengan santun dan penuh penghormatan.
Kemudian, terakhir atau ke empat adalah Salah Kaprah Basa. Para peserta akan diajarkan penggunaan bahasa Jawa yang benar dan sesuai konteks, untuk mencegah kesalahan dalam komunikasi yang dapat menurunkan citra profesional ASN.
Melalui Pawiyatan Jawi tersebut, ASN diharapkan bisa memberikan pelayanan publik yang lebih berkualitas, dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya lokal yang menjadi ciri khas Yogyakarta.
“ASN yang mampu menerapkan nilai-nilai budaya Jawa dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari akan berkontribusi pada citra positif Yogyakarta sebagai daerah yang berakar kuat pada tradisi namun tetap modern dalam pelayanan,” pungkas Yetti.(Heroe)