GKR Mangkubumi: Sinergi Kebudayaan dan Pariwisata Harus Seimbang

Kampus

YOGYAKARTA –Kraton Yogyakarta, pemerintah pusat, maupun Pemda DIY sepakat agar semua kembali menjaga warisan budaya. Saat ini, pengembangan fasilitas pariwisata dalam bentuk pembangunan jalan tol, rel kereta, dan fasilitas lain, semuanya disesuaikan peta wilayah warisan budaya.

“Sinergi kebudayaan dan pariwisata harus seimbang. Baik dari segi kepentingan kebudayaan maupun manfaat bagi masyarakat,” ungkap GKR Mangkubumi saat menjadi pembicara dalam simposium berjudul “Warisan Budaya dalam Perspektif Sejarah dan Film Nasional”, Sabtu (02/10/2021).

Baca juga :  Pengembangan Virtual Ecotourism Jadi Promosi Wisata Pesisir Bantul

Simposium digelar untuk memperingari dies natalis Universitas Widya Mataram (UWM) ke-39.  Selain Penghageng Kraton Ngayogyakarta GKR Mangkubumi, juga ada Rektor UWM Prof Dr Edy Suandi Hamid dan Sutradara Film Nasional Hanung Bramantyo.

Diakui GKR Mangkubumi, pembangunan fasilitas pariwisata seringkali menggerus warisan budaya. Padahal, warisan budaya seharusnya ditata, dijaga, tetap sesuai bentuk aslinya agar tetap utuh sekaligus mendatangkan keuntungan finansial.

“Pengembangan pariwisata jangan menggerus keberadaan warisan budaya,” pinta GKR Mangkubumi.

Lulusan Griffith University, Queensland, Australia ini juga menyoal pengembangan fasilitas pariwisata yang melibatkan banyak pihak asing. Menurut GKR Mangkubumi, upaya mempertahankan warisan budaya merupakan pekerjaan yang sulit. Bila yang membangun orang Indonesia, wajahnya tidak jauh berbeda dengan bentuk asli.

“Kita tidak perlu alat canggih dalam melestarikan warisan budaya. Dengan orang Indonesia yang banyak terlibat, kita percaya semua bisa menjaga keutuhan warisan budaya,” ujar GKR Mangkubumi.

Karenanya, ia meminta komitmen pemerintah dalam proses pelestarian budaya. Baginya, pemerintah pusat harus memperlakukan seluruh warisan budaya setara. Jadi, tidak meninggikan dan memprioritaskan warisan budaya di daerah tertentu.

“Mengapa pemerintah Indonesia mengutamakan Bali? Bagaimana penghargaan warisan budaya di Yogyakarta?” kritiknya.

Sementara itu, Prof Dr Edy Suandi Hamid menegaskan, warisan budaya bisa diberdayakan dengan memanfaatkan teknologi berbasis kreativitas. Sementara digitalisasi warisan budaya dan strategi pemasaran merupakan bagian dari karakater ekonomi kreatif.

“Saat ini adalah era digitalisasi. Bagaimana digitalisasi menjual objek warisan sejarah. Pemasaran warisan budaya Yogyakarta tidak mungkin dipasarkan secara konvensional,” kata Edy Suandi.

Dikatakan Edy Suandi, digitalisasi warisan budaya dan pemasarannya bisa memberi manfaat riil dalam bidang ekonomi. Juga bermanfaat bagi kepentingan penggalian ilmu pengetahuan. Menurutnya, warisan budaya juga penting dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan.

“Jika tidak dilestarikan, warisan budaya akan berdampak tidak baik bagi DIY. Terutama dalam  membentuk karakter dan menguatkan jati diri anak bangsa. Sinergi kebudayaan dan pariwisata di Yogyakarta harus berimbang, agar tercipta keselarasan antara tujuan pencapaian keuntungan finansial dan kelestarian warisan budaya, khususnya di kawasan Kraton Yogyakarta,” katanya.

Sedangkan Hanung Bramantyo lebih banyak mengulas peran film dalam sejarah manusia. Ia membeberkan film menjadi bagian pelestarian warisan budaya di level global maupun nasional.(redaksi)

GKR Mangkubumi kebudayaan pariwisata pelestarian budaya warisan budaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts