Acara workshop UNY Mbangun Desa di LPPM UNY.

Universitas Negeri Yogyakarta Berpartisipasi Bangkitkan Ekonomi Desa

Kampus

YOGYAKARTA – Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) turut berpartisipasi membangkitkan ekonomi pedesaan. Salah satunya pada 2001 di Dusun Kiringan, Canden, Jetis, Kabupaten Bantul dengan program pemberdayaan dan pendampingan melalui kerja sama pendampingan dan pemberdayaan bersama IPTEKDA-LIPI (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Daerah – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Kemudian berlanjut dengan program pendampingan kerja sama antara universitas.

Seiring waktu, usaha jamu di Dusun Kiringan berkembang pesat. Hanya, kendala muncul ketika terjadi gempa pada 2006. Selanjutnya, UNY bersama UNDP (United Nations Development Program) berusaha membangkitkan lagi usaha jamu pascagempa dengan membentuk Kelompok Jamu Seruni Putih sekaligus Koperasi Seruni Putih.

Baca juga :  Wisudawati Terbaik Program D3 UNY Putri Reza Damayanti  Raih IPK 3,83

Tahun 2009, UNY mendampingi UMKM di Gulurejo Lendah, Kabupaten Kulonprogo dengan pemberdayaan pengrajin batik Dusun Mendiro menggandeng AusAID, lembaga yang memberikan bantuan melalui pemerintah Australia terhadap daerah di Indonesia. Pada tahun yang sama, pengrajin batik UMKM Dusun Mendiro diajak ikut serta dalam pameran untuk mengenalkan produk batik Mendiro ke konsumen secara lebih luas.

“Setiap tahun, UNY memberikan pembinaan terhadap UMKM para pengrajin jamu untuk membantu peningkatan kapasitas UMKM pengrajin, baik dari segi kualitas produk, pemasaran, maupun lainnya,” kata Kepala Pusat Inovasi Inkubator Bisnis UNY Prof. Nahiyah Jaidi, dalam workshop UNY Mbangun Desa di LPPM UNY, Kamis (02/12/2021).

Lebih lanjut, Nahiyah memaparkan, UNY selalu memperhatikan UMKM di desa dan mengembangkannya sesuai kemampuan yang UNY miliki.

“Harapannya dengan workshop ini bisa menjembatani apa yang menjadi keinginan desa dengan UNY,” katanya.

Pembicara lain dalam workshop adalah Dr. Eng Faqih Ma’arif. Ia memaparkan grand desain UNY Mbangun Desa adalah penyusunan rencana pembangunan wilayah dengan memperhatikan rencana strategis desa serta kondisi dan arah kebijakan strategisnya.

Dosen Fakultas Teknik UNY ini mencontohkan grand desain paket desa herbal, bisa sekaligus sebagai desa wisata, desa budaya, dan desa digital.

“Kita bisa buka tempat penyediaan bahan dengan wisata kebun obat dan wisata tempat penyimpanan bahan,” paparnya.

Selain itu tempat produksi, workshop pembuatan jamu, dan pengolahan limbah bisa dijadikan tempat wisata. Pada tahap akhir, wisatawan diajak ke pendopo tempat penjualan retail UMKM. Ia mengingatkan, tidak boleh dilupakan juga, harus ada fasilitas umum seperti tiolet, mushola, foot court, dan lokasi parkir. Faqih mencontohkan desa sentra jamu Canden dengan pendirian Museum Omah Jamu yang dilengkapi tugu identitas dan ruang workshop.

Kegiatan workshop ini diselenggarakan Bidang Perencanaan dan Kerja Sama bidang Kemitraan Dalam Negeri dengan LPPM UNY dan dihadiri Panewu Lendah Kulonprogo, Panewu Jetis Bantul, beserta para kepala dukuh dari kedua kapanewon tersebut. Acara dibuka Sekretaris LPPM Prof. Siti Irene Astuti. Pada kesempatan tersebut, Prof Siti  mengatakan, desa sekarang merupakan sebuah ikon yang bisa menggerakkan masyarakatnya untuk bekualitas dengan hal-hal yang bisa mengaktualisasi apa yang ada di desa.

“Pembangunan negara ditentukan kualitas masyarakat desanya,” ungkap Prof Siti.

Karena itu, lanjut Prof  Siti, perangkat desa bisa berlokaborasi dengan UNY membicarakan hal-hal yang belum diasah, baik dari segi sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA).

Panewu Lendah Sutrisna mengatakan, warga Gulurejo berterimakasih pada UNY yang membuka potensi masyarakat Gulurejo.

“Awalnya, kami dari kapanewon sempat bingung juga mau dikemanakan Gulurejo ini,” ungkap Sutrino.

Kehadiran UNY menggandeng Gulurejo cukup menolong dalam mengembangkan potensi yang ada. Sutrisna berharap, ke depan potensi tersebut berkembang optimal.

Sementara itu, Lurah Gulurejo Bejo Santoso berharap pada LPPM untuk ke depan bisa berkolaborasi untuk melihat potensi lain di Gulurejo yang belum tersentuh, terutama bidang desa wisata dan UMKM.

Lurah Canden Beja mengatakan, lebih dari 70% warga negara Indonesia ada di pedesaan. Untuk itu dibentuklah kementerian yang mengurusi pedesaan saat ini.

“Banyak potensi yang ada di desa yang belum dikelola dengan benar” katanya.

Kehadiran UNY, menurut Beja, memberi harapan agar nantinya bisa mengangkat potensi, sehingga warga desa tidak perlu ke kota untuk mencari pekerjaan.(redaksi)

desa UMKM UNY UNY Mbangun Desa workshop

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts