Gopay Coins

GoTo Ubah GoPay Coins Jadi Senjata Andalan Menaikkan Transaksi di Ekosistem

Ekonomi

JAKARTA – Upaya menjaga loyalitas konsumen, GoTo memilih strategi dengan mengembangkan GoPay Coins. Sebelumnya, GoPay Coins tersebut hanya bisa digunakan untuk belanja di Tokopedia. Kini, GoPay Coins bisa dipakai untuk berbagai pembayaran layanan di ekosistem GoTo tanpa mengurangi saldo GoPay.

Chief Marketing Officer GoPay Fibriyani Elastria menjelaskan, kehadiran GoPay Coins sejak Mei 2022 untuk berbagai layanan di aplikasi Gojek. Ternyata, GoPay Coins mendapatkan sambutan positif para pengguna. Sejak perluasan tersebut, GoPay mencatat peningkatan sebesar 20 persen pada jumlah pengguna yang bertransaksi menggunakan GoPay Coins.

Baca juga :  Lippo Cikarang Bareng Polsek Cikarang Selatan Gencarkan Booster Covid-19

Seperti diketahui, GoPay Coins merupakan sistem poin loyalitas universal pada ekosistem GoTo dalam bentuk saldo cashback yang diberikan sebagai reward pada pengguna setelah menyelesaikan transaksi.

“GoPay Coins menjadi salah satu inovasi kami untuk memaksimalkan keuntungan cashback dan mencegah penyalahgunaan tanpa mengurangi apresiasi terhadap pengguna setia layanan di ekosistem GoTo. Harapannya, pengguna bisa bertransaksi dengan lebih aman dan efisien serta bisa memaksimalkan keuntungan yang disediakan oleh berbagai layanan di ekosistem GoTo,” kata Fibriyani, Jumat (17/6/2022).

Pakar Bisnis dan Ekonomi Digital Inventure, Yuswohady mengatakan, besarnya potensi ekonomi digital itu menjadi peluang kepada pelaku usaha digital untuk semakin meningkatkan pertumbuhan bisnisnya. Itu sebabnya, banyak perusahaan berbasis digital seperti GoTo, Grab, Blibli, dan lainnya cukup agresif menjaring patner bisnis dan melayani target konsumennya. “Jika dilihat saat ini perilaku konsumen kita sudah mengarah kepada digitalisasi. Mulai dari belanja online, pembayaran online, sampai transportasi online. Sekarang tinggal bagaimana pelaku usaha di bidang ini menangkap peluang tersebut,” kata Yuswohady.

Sebagaimana laporan e-Conomy SEA 2021 dari Google, Temasek, dan Bain & Company terungkap bahwa konsumen digital baru di Indonesia sekitar 21 juta. Ini  muncul sejak awal pandemi Covid 19 hingga kuartal pertama tahun 2021. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 270 juta dan pendapatan per kapita yang dipoyeksi terus meningkat, potensi pasar Indonesia sangat besar.

Diakui Yuswohady, pasarnya besar dan kompetisi di industri digital juga semakin ketat. Selain harus menjaring pengguna baru, perusahaan digital juga dituntut mengembangkan berbagai strategi guna menjaga loyalitas konsumen dan selalu aktif bertransaksi walau tanpa harus bakar uang melalui promo.

Ia mencontohkan keberhasilan GoTo meningkatkan transaksi konsumen di ekosistemnya. Perusahaan hasil kombinasi bisnis antara Gojek dan Tokopedia ini mampu mendorong konsumen yang bergabung di tahun 2018 untuk bertransaksi 6,8 kali lebih banyak selama tahun 2021.

Dengan strategi berbeda dengan periode sama, Grab bisa menjaga konsumen mereka tetap berbelanja 3 kali lebih banyak. Selain reward bagi konsumen, ekosistem digital perlu memperhatikan kebutuhan penjual (seller), agar produknya cepat terjual. “Layanan pada mereka juga harus menjadi perhatian. Karena para seller ini juga sangat menentukan transaksi yang ada di ekosistem digital itu sendiri,” kata Yuswohady.

Ia menyebut, salah satunya melalui meningkatkan layanan kecepatan pengiriman. Sebab, yang menjadi isu di e-commerce saat ini tidak hanya pada ketersediaan produk, melainkan juga pada kecepatan pengiriman. Banyak penjual mendapat rating kurang baik, jika pengiriman membutuhkan waktu lama. Karena itu, perlu adanya mekanisme pengiriman yang lebih efektif.

Ia mencontohkan, layanan pergudangan Dilayani Tokopedia yang ditujukan membantu penjual dalam menyetok barang di suatu wilayah, di mana penjualan seller tersebut tinggi. Menurutnya, layanan tersebut cukup efektif dalam memangkas durasi pengiriman.

Adanya fasilitas tersebut akan meningkatkan loyalitas seller, karena seluruh kebutuhannya dalam menjalankan bisnis terpenuhi dalam satu platform. Bagi Tokopedia, selain mendapatkan loyalitas, ia juga berpotensi mendapatkan revenue baru dari layanan tersebut.

“Disebut strategi locking loyalty, seluruh program atau layanan mengikat satu sama lain. Konsumen dan penjual sudah nempel atau lock-in, tinggal dia memetik dari kebun yang telah diciptakannya itu,” katanya.

Untuk diketahui, Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kementerian Perdagangan memperkirakan kontribusi Ekonomi Digital Indonesia (EDI) pada 2030 bakal mencapai 18% dari produk domestik bruto (PDB) atau sekitar Rp 4.531 triliun. Artinya, dalam 8 tahun ke depan, ekonomi digital tumbuh 4,5 kali dibandingkan saat ini yang baru 4 persen.

Kementerian Perdagangan memproyeksikan, pada tahun 2030 mendatang, pendorong ekonomi digital Indonesia terbesar masih sektor e-commerce dengan nilai Gross Merchandise Value (GMV) sebesar Rp 1.908 triliun. Kemudian, disusul online travel Rp 575 triliun, ride hailing Rp 401 triliun, fintech Rp 324 triliun, dan online media Rp 191 triliun.(redaksi)

ekosistem GoPay Coins GoTo poin loyalitas universal saldo sistem Tokopedia transaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts