Hasil Cek DLH Yogyakarta, Sebagian Besar Air Sumur Warga Tercemar E-Coli

YOGYAKARTA – Pemeriksaan air sumur warga di wilayah Kota Yogyakarta tengah dilakukan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta. Langkah tersebut untuk melihat tingkat ketercemaran nitrat (NO3) dan bakteri Escherichia coli atau Ecoli.
Sejauh ini, hasil kajian dari DLH Kota Yogyakarta menunjukkan hampir semua air sumur di Kota Yogyakarta sudah tercemar NO3 dan bakteri Ecoli.
Kepala UPT Laboratorium Lingkungan DLH Kota Yogyakarta Sutomo mengatakan, sampai saat ini semua wilayah di Kota Yogyakarta masih dalam proses pengecekan yang melibatkan parameter fisika untuk mengetahui warna, rasa, dan bau yang ada di air sumur serta melihat kualitas air tanah atau air sumur di Kota Yogya yang diharapkan masih baik.
Ia menambahkan, selain itu, juga dilakukan pengecekan parameter kimia, agar tidak tercemar dari zat berbahaya nitrat. Namun, juga perlu dilakukan proses pengecekan parameter mikrobiologi dan dari hasil yang diperoleh hampir semua sumur di Kota Yogya tercemar bakteri Ecoli.
“Hampir semua sumur di Kota Yogyakarta ini tercemar E coli. Ada yang tidak tercemar, namun sedikit sekali,” ungkap Sutomo, Rabu (10/5/2023).
Menurutnya, tercemarnya air sumur oleh bakteri Ecoli karena adanya jarak antara sumur di masyarakat dekat dengan pembuangan rumah tangga. Seperti septic tank. Ia mengungkapkan, sejak Februari 2023 masih banyak warga yang minta bantuan DLH Kota Yogyakarta untuk mengecek sumur milik mereka. Tentu saja, DLH mengapresiasinya, melihat warga sigap minta bantuan agar sumurnya tidak tercemar bakteri Ecoli.
“Kami melakukan pengecekan di wilayah Kelurahan Mantrijeron. Dengan mengambil sampel di titik-titik sumur yang ada di sana ditemukan sebagian besar memang tercemar bakteri Ecoli. Tanpa diminta warga pun, mereka melakukan kegiatan rutin yang dilakukan untuk melihat baku mutu air di wilayah,” jelasnya.
Tidak hanya sumur di rumah warga, pemantauan ini juga dilakukan di sekolah-sekolah, Puskesmas, dan OPD di Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta.
Pihaknya mengatakan, walau air sumur tercemar bakteri Ecoli, masyarakat tetap bisa memanfaatkan, setelah melalui proses seperti memasaknya hingga matang/mendidih. Semua itu untuk mengantisipasi agar bakteri Ecoli mati.
Ia berharap, selain memasak air dengan matang, masyarakat bisa memperhatikan pembuangan limbah di sungai. Karena, itu merupakan salah satu faktor air tercemar bakteri Ecoli.
“Air sumur harus melalui proses untuk dikonsumsi, masih bisa digunakan, tetapi dengan memasak sampai mendidih baru bisa dikonsumsi. Sayangnya, masih banyak warga yang jarang merebus air, sebelum digunakan,” katanya.(Sekarlangit)