Suasana sarasehan yang melibatkan Tim RDU Unsoed dengan pengurus dan anggota Kelompok Tani di Kampung Sayur Bausasran, Yogyakarta.

Kaji dan Dorong Penguatan Pemberdayaan Masyarakat, Tim Riset Dasar Unsoed Purwokerto Datang ke Kampung Sayur Yogyakarta

Kampus

YOGYAKARTA – Tim Kegiatan Riset Dasar Unsoed (RDU) Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto melakukan kunjungan ke Kampung Sayur Bausasran, Kamantren Danurejan, Yogyakarta, Jumat (30/5/2025). Menyertai rombongan tersebut, hadir pula dua dosen FISIP Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto. Yakni, Dr. Shinta Prastyanti, M.A. dan Prof. Dr. Adhi Iman Sulaiman, SIP, M.Si.

Kunjungan tersebut bertujuan mengkaji dan mendorong penguatan pemberdayaan masyarakat serta regenerasi petani muda melalui urban farming.

Baca juga :  Pemeriksaan Kesehatan Gratis bagi 200 Warga Diadakan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Ketua Kelompok Tani Gemah Ripah Kampung Sayur Bausasran Winaryati mengungkapkan, Kampung Sayur Bausasran dikenal sebagai kampung urban farming percontohan, dengan lorong-lorong sayur yang ditanami berbagai sayuran. Di antaranya, bayam, kangkung, sawi, pakcoy, selada, kubis, kembang kol, cabai, terong, dan tomat. Ada juga tanaman obat keluarga (Toga). Seperti zodia, jahe, ginseng, kunyit, dan lidah buaya.

“Kampung Sayur Bausasran dirintis tahun 2005. Di sini, warga berhasil memanfaatkan lahan sempit untuk bercocok tanam secara berkelanjutan dengan dukungan swadaya dan dana Rp 3 juta dari kelurahan,” ungkap Winaryati.

Winaryati melanjutkan, perkembangan kampung ini sangat pesat. Kini memiliki 16 lorong sayur aktif dan enam kelompok tani. Yakni, kelompok Tani Gemah ripah, Sumur Bening, Bustan Adi, Bon Jovi, Amanah, dan Manunggal Lestari. Setiap kelompok tani rata-rata beranggotakan 30 orang.

Salah satu komoditas unggulannya adalah bayam Brazil yang telah diolah menjadi berbagai produk. Seperti mie, jus, dan keripik. Keberhasilan ini juga mendorong peningkatan ekonomi warga, dengan nilai panen meningkat drastis dari Rp 52 juta per tahun menjadi Rp 579 juta pada tahun 2021.

Dalam kunjungan tersebut, pakar pemberdayaan Unsoed Prof. Adhi Iman mengatakan, pemberdayaan masyarakat bisa dilaksanakan atas partisipasi atau inisiatif warga sendiri (insider), sehingga bisa tumbuh dan berkembang sesuai kebutuhan, permasalahan, dan potensinya.

Namun, lanjut Adhi Iman, hal tersebut tetap perlu dukungan pihak luar (outsider). Seperti dari pemerintah kelurahan dan daerah, akademisi, dan jurnalis untuk berkolaborasi melakukan pendampingan dan kerja sama. Yakni, mulai dari manajemen kelembagaan, budidaya dan pascapenen, serta pemasaran.

“Kampung sayur yang sudah berprestasi ini bisa terus berkelanjutan menjadi percontohan atau pionir untuk memberikan pemberdayaan kepada komunitas atau masyarakat lainnya,” imbuh Prof Adhi.

Sementara itu, Dr. Shinta Prastyanti mengatakan, regenerasi petani muda menjadi kunci keberlanjutan kampung sayur. Hal ini bisa dilakukan dengan mengenalkan teknologi smart farming dan pemasaran digital yang lebih sesuai dengan minat generasi muda.

Shinta juga mendorong kampung sayur dijadikan sebagai lokasi binaan akademik. Seperti praktikum, pengabdian masyarakat, dan penelitian mahasiswa.

Kampung Sayur Bausasran sudah meraih banyak prestasi. Termasuk penghargaan dari Kementerian Pertanian dan Kementerian Pariwisata. Kampung ini juga sering menjadi tujuan studi banding berbagai kelompok, termasuk mahasiswa asing.

Kunjungan Tim RDU Unsoed ini menjadi bagian dari upaya menjadikan kampung ini sebagai laboratorium pemberdayaan masyarakat dan model kolaborasi urban farming di masa depan.(Heroe)

Bausasran FISIP Gemah Ripah Kamantren Danurejan Kampung Sayur Kampung Sayur Bausasran Kelompok Tani obat keluarga petani muda Purwokerto RDU Regenerasi sayuran swadaya Tim Kegiatan Riset Dasar Unsoed toga Universitas Jenderal Soedirman urban farming

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts