Tema Dirupsi Muncul Pada Festival Lima Gunung XX Putaran ke- 4  di Studio Mendut

Dolan

MAGELANG – Festival Lima Gunung XX/2021 putaran ke empat digelar di Museum Lima Gunung Studio Mendut, Rabu (29/09/2021). Adapun yang tampil adalah hasil kolaborasi Forum Musik dengan Dialog “Bukan Musik Biasa” (BMB).

Berbeda dengan Festival Lima Gunung sebelumnya, pada pesta budaya kali ini dilaksanakan dengan cara sederhana, terbatas, dan sesuai prokes ketat, mengingat masih ada COVID-19.

Baca juga :  Pengelola Taman Pintar Hadirkan Fasilitas Virtual Guide dan Layanan Video 360 Derajat

Permainan piccolo flute oleh Memet Choirul Slamet, musisi dan pengajar ISI Yogyakarta mengawali acara. Alunan komposisi flute Memet disambung para seniman yang ikut ‘bermain,’ dan menjadi kesatuan komposisi musik yang dinamis, dengan konductor Tanto Mendut.

Acara dilanjutkan Pidato Budaya oleh Tanto Mendut. Ia membahas disrupsi, terutama disrupsi seni dan kebudayaan.

“Bedanya festival, kumpul, pentas dan performing arts adalah disrupsi yang tidak jelas. Kita mau dianggap festival bisa, cuma kumpul bisa, atau pentas dan performing arts yang tidak konanganpun bisa, tergantung kita sendiri,” papar Tanto Mendut.

Ia meneruskan, banyak yang bilang ‘semoga pandemi segera berlalu, padahal pandemi virus hilang. tapi pandemi digital tidak hilang’.

Pidato budaya berikutnya adalah Singgih Al-Jawi. Ia membicarakan tentang Lima Gunung. Ia merasa Komunitas Lima Gunung ini merupakan sendangnya ilmu pengetahuan.

“Di sini pasti menemukan hal-hal yanag tidak terduga. Terutama soal manajemen kedisplinan,” ungkap Singgih.

Acara dilanjutkan pentas wayang Dalang Sih Agung Prasetyo dengan judul “Disrupsi Punokawan.” Pada lakon ini, tokoh Bagong bingung dengan disrupsi segala hal yang terjadi di tengah masyarakat saat ini.(redaksi)

budaya Disrupsi Disrupsi Punokawan Festival Lima Gunung prokes Studio Mendut

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts