Tim UKM IKMK UNY ikut membantu perbaikan pengolahan kakao di Kulonprogo.

UKM UNY Dampingi UMKM Desa Banjaroyo Kulonprogo dalam Progam Wira Desa

Kampus

YOGYAKARTA – Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi memiliki program Program Wirausaha Desa (Wira Desa). Program tersebut adalah program kewirausahaan yang dijalankan sekelompok anggota masyarakat secara bersama-sama dengan proses pendampingan untuk penumbuhan dan pengembangan wirausaha baru dan lama yang berbasis potensi lokal dan berkonsep global.

Program Wira Desa dirancang, dilaksanakan, dimonitor dan dievaluasi sekelompok mahasiswa melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan atau Lembaga Eksekutif Mahasiswa. Ini juga sebagai upaya konkrit pelaksanaan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Baca juga :  Menangi Kontes KRI, Robot Mobo Evo Harumkan Nama UNY

Salah satu UKM di UNY yang mendapatkan program tersebut adalah UKM Ikatan Keluarga Mahasiswa Katolik (IKMK). UKM ini diketuai Yohanes Wijaya Setya Arsandi, dengan anggota Isabela Reksa Dini, Heinricus Gama Taofany, Laras Haningyuni Antini, Cornelia Maharani Verrent, Rafael Yudi Dwi Sulistyanto, Virdiana Inggried Marwanti, Ariana Estuningtyas, dan Robertus Kristian Wardana. Merekalah yang mendampingi UMKM di Desa Banjaroyo, Kalibawang, Kulon Progo.

Ketua Tim UKM IKMK UNY Yohanes Wijaya Setya Arsandi mengatakan, Desa Banjaroyo berada di PerbukitanMenoreh, dikenal sebagai desa yang memiliki potensi ekonomi dalam berbagai sektor. Mulai dari pertanian kakao, kerajinan tangan, wisata kuliner, pertanian durian, produk gula Jawa, tempat wisata alam, hingga wisata rohani Gua Maria Sendangsono.

“Sektor unggulan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat maupun wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Selanjutnya, dari situ memunculkan berbagai UMKM,” ungkap Arsandi, Jumat (22/10/2021)

Arsandi melanjutkan, keberadaan UMKM mendukung perkembangan perekonomian Desa Banjaroyo. Otomatis, semua itu menyumbang pendapatan asli desa. Sayangnya, ada temuan di mana UMKM belum dikelola optimal dan mengalami kesulitan dalam pemasaran, keuangan, produksi, dan pengelolaan.

Salah satu anggota Tim UKM IKMK UNY Isabela Reksa Dini menambahkan, selain itu kurangnya kesadaran masyarakat terhadap masalah administrasi dan keuangan menjadi penghalang bagi UMKM mendapatkan legalitas dan melakukan pembayaran pajak usaha. Semua itu karena kurangnya informasi yang diperoleh pelaku UMKM terhadap perkembangan zaman. Karena itu, generasi muda yang bisa berpartisipasi dalam proses pembangunan desa lebih memilih bekerja di luar desa.

“Banyak pelaku usaha yang sudah berusia 40 tahun ke atas harus berjuang mengembangkan usahanya dengan segala kemampuan yang ada,” imbuhnya.

Heinricus Gama Taofany, anggota Tim UKM IKMK UNY menyebut, kehadiran mereka untuk membantu pengelolaan UMKM desa Banjaroyo pada bidang kerajinan kayu dan pertanian kakao.

“UMKM kerajinan kayu ini terletak di kawasan wisata Gua Maria Sendang Sono milik Bowo Susanto dengan hasil produksi berupa alat ibadah umat Katolik seperti rosario kayu, salib, dan lilin,” ujar Taofany.

Selanjutnya, Tim Wiradesa IKMK UNY membantu UMKM kerajinan kayu dengan menggelar pelatihan, pendampingan, dan sosialisasi. Menurut Taofany, agar tujuan tim tercapai, tim dibagi menjadi beberapa divisi. Mulai dari produksi, pemasaran, keuangan, hingga pengelolaan SDM. Kegiatan yang dilaksanakan adalah pelatihan variasi produk kerajinan oleh divisi produksi, pelatihan analisis konsumen, branding dan penggunaan sarana digital oleh divisi pemasaran. Kemudian, pelatihan pencatatan dan penyusunan anggaran oleh divisi keuangan, serta pelatihan softskill oleh divisi operasional sebagai bagian dari pengelolaan SDM.

“Kami mengapresiasi pada anak-anak muda dari UNY yang mau terjun langsung ke masayarakat untuk membantu UMKM yang terdampak Covid-19 ini,” ungkap Bowo Susanto.

Pendampingan petani kakao dilakukan pada Kelompok Tani Ngudi Rejeki yang diketuai Johan Salbiyantoro dan Kelompok Tani Ngudi Lestari yang diketuai Sarjino. Kelompok Tani kakao tersebut merupakan kumpulan kurang lebih 227 petani.

Anggota Tim UKM IKMK UNY Laras Haningyuni Antini mengatakan, lahan yang tersedia di Dusun Slanden dimanfaatkan secara organik tanpa menggunakan pestisida serta pupuk buatan. Kondisi tersebut menjadikan produk kakao Desa Banjaroyo unggul di mata konsumen luar negeri.

“Hal tersebut menarik minat orang baik dalam negeri maupun luar negeri tertarik untuk membeli berbagai produk tersebut, sehingga menyebabkan angka permintaan kakao setiap bulannya mencapai hitungan ton,” katanya.

Namun, mereka menemui kendala dalam produksi karena hama penyakit yang menyerang tanaman. Otomatis berpengaruh pada hasil panen, di mana dari 500 kilogram yang memenuhi syarat kualitas hanya 10 persen.

Sama seperti yang dilakukan pada UMKM kerajinan kayu, pada UMKM kakao tim dibagi menjadi beberapa divisi. Yakni, produksi, pemasaran, keuangan, dan pengelolaan SDM. Kegiatannya meliputi pelatihan merawat tanaman oleh divisi produksi, pelatihan analisis konsumen, branding dan penggunaan sarana digital oleh divisi pemasaran, pelatihan pencatatan dan penyusunan anggaran oleh divisi keuangan dan pelatihan softskill oleh divisi operasional.

Vina, salah satu peserta pelatihan branding mengaku senang dengan pelatihan tersebut. “Adanya pelatihan branding, saya bisa menambah ilmu saya tentang cara membangun brand sebuah produk terutama produk kakao,” ujar Vina.

Pelaksanaan program tersebut diharapkan membantu UMKM meningkatan hasil usaha secara kuantitas dan kualitas, perubahan strategi pemasaran, peningkatan jangkauan pasar, peningkatan efisiensi dan efektivitas manajemen produksi, dan peningkatan pendapatan dan keuntungan. Pelaku UMKM jugadiharapkan bisa menerapkan dan mengembangkan program pelatihan secara berkelanjutan pascadigelarnya Program Wira Desa.(redaksi)

Kulon Progo Program Wira Desa Tim UKM IKMK UNY UMKM Universitas Negeri Yogyakarta UNY Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts