Pelatihan membuat syal ecoprint yang bisa dikerjakan di rumah.

Berkat Mahasiswi UNY, Bisa Tampil Keren Dengan Syal Ecoprint Stylish

Kampus

YOGYAKARTA – Teknik ecoprint digunakan untuk menghias permukaan kain dengan berbagai macam bentuk dan warna yang dihasilkan dari bahan alam yang ada di lingkungan sekitar. Proses ecoprint merupakan sesuatu yang unik, karena melalui pengukusan untuk memunculkan bentuk daun dan tumbuhan dari warna alam.

Motif yang tercipta dari bahan print dari alam menunjukkan bentuk dan tekstur yang mirip dengan aslinya dengan hasil warna sesuai kandungan bahan alam itu sendiri. Teknik pewarnaan yang mudah dan ramah lingkungan semakin menambah daya tarik pewarnaan ecoprint, ditambah lagi dengan sifat warnanya yang natural dan lembut.

Baca juga :  Untuk Mendukung Program MBKM, Prodi Psikologi FKIK UNJA Gandeng 25 Mitra

Hal tersebut diungkapkan mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Rohmah Hasanatun Robbani saat pelatihan pembuatan syal stylish motif ecoprint di Bajang Wijirejo Pandak Bantul. Ia melanjutkan, untuk membuat syal diperlukan kain yang jatuh. Karena itu, digunakanlah jenis kain santung yang mirip sutera namun harganya jauh lebih terjangkau.

Ditambahkan mahasiswi Program Studi Pendidikan Tata Busana Fakultas Teknik (FT) UNY ini, tujuan pelatihan tersebut adalah meningkatkan minat dan bakat ketrampilan peserta dalam memanfaatkan bahan yang ada di sekitar untuk mendapat income.

“Juga untuk memberdayakan peserta dengan meningkatkan jiwa kewirausahaan,” paparnya, beberapa waktu lalu (30/6/2022).

Rohmah menegaskan, pelatihan tersebut bermanfaat bagi peserta, karena mendapatkan edukasi berpenampilan stylish dengan produk handmade berbahan minimalis sekaligus menggali minat serta bakat kerampilan dengan memanfaatkan bahan yang ada di sekitar.

Warga Banguntapan Bantul ini memaparkan, alat dan bahan yang diperlukan adalah kain santung, trash bag, berbagai macam daun seperti daun kenikir, daun jati, atau daun kersen. Juga diperlukan sodium asetat, bahan pewarna alam berupa kayu secang, air, ember, tali rafia, panci pengukus, dan kompor. Juga bahan pengunci warna yaitu tawas dan tunjung.

Gadis yang akrab dipanggil Ratu ini mengatakan, kain yang digunakan perlu di-treatment lebih dahulu, agar bisa menerima zat warna dengan baik melalui proses mordanting serta pewarnaan alami dengan secang.

Cara membuat ecoprint-nya, pertama, bentangkan kain yang sudah di-treatment di atas trash bag. Tempelkan dedaunan dengan membentuk pola pada kain dan diusahakan daun tidak keluar dari kain. Kemudian tutup kain yang telah diberi dedaunan dengan trash bag, sehingga semua permukaan kain tidak terlihat, lalu gulung kainnya.

Upayakan permukaan kain rata dan ditarik agar kencang, sehingga pencetakan dedaunan akan utuh sempurna. Gulungan kain lalu diikat dengan rafia. Kemudian, masukkan panci untuk dikukus selama 2 jam. Setelah dikeringkan, kain difiksasi dengan merendamnya pada air tawas atau air tunjung dengan perbandingan 1 liter air hangat dengan 14 gram bahan pengunci. Bilas dan keringkan. Setelah kering kain bisa digunakan sebagai syal yang gaul dengan bahan ekonomis.

Kegiatan dilakukan sebagai salah satu program kerja mahasiswa kuliah kerja nyata (KKN) UNY di Dusun Bajang dan diikuti warga. Kegiatan ini memberikan dampak positif dan banyak manfaat. Terutama bagi warga Dusun Bajang. Peserta mampu memahami minat dan bakat keterampilannya dalam memanfaatkan bahan yang ada di sekitar.

Juleha, salah satu peserta pelatihan mengaku senang dengan pelatihan tersebut karena bermanfaat bagi ibu-ibu yang ingin menghasilkan uang dengan tidak meninggalkan rumah mereka. Senada, Suratinah mengapresiasi pelatihan tersebut sebagai salah satu cara melestarikan warisan budaya.(redaksi)

alam ecoprint kain KKN motif natural proses stylish Syal UNY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts