Suporter sepakbola di Indonesia cukup besar jumlahnya.

Prof. Drs. Koentjoro: Tindakan Anarkis Suporter Sepak Bola Dipengaruhi Jiwa Massa

Kampus

YOGYAKARTA – Kerusuhan di Kawasan Tugu dan Gejayan Yogyakarta viral di media sosial. Kericuhan tersebut terjadi sebelum pertandingan Persis Solo melawan Dewa United di Stadion Moch Soebroto, Magelang. Saat itu, suporter Persis Solo melewati Yogyakarta menuju Magelang.

Psikolog UGM, Prof. Drs. Koentjoro, MBSc., Ph.D., Psikolog mengatakan, tindakan anarkis maupun vandalisme yang dilakukan suporter sepak bola terjadi karena dipengaruhi oleh jiwa massa. “Anarkisme yang terjadi pada suporter bola, karena jiwa massa,” kata Koentjoro, Selasa (26/7/2022).

Baca juga :  UWM Yogyakarta Hadirkan Magister Hukum Untuk Menjawab Kebutuhan Ahli Hukum Bisnis Pariwisata

Prof Koentjoro meneruskan, seseorang atau individu akan bersikap berbeda saat berada di tengah massa atau gerombolan. Saat berada di tengah massa akan mendorong munculnya perilaku atau tindakan yang tidak akan dilakukan saat sedang sendiri.

“Jiwa massa ini timbul ketika berada di antara massa dan memunculkan perilaku aneh yang saat dia sendirian tidak akan berani melakukan hal-hal itu. Apalagi ditambah dengan mengenakan pakaian atau atribut yang kemudian menggambarkan itu adalah satu bagian,” jelasnya.

Saat bersama dengan massa, terlebih ditambah dengan adanya atribut yang menggambarkan seseorang menjadi bagian dari kelompok massa tersebut dikatakan Koentjoro menjadikan seseorang berani melakukan hal-hal yang tidak biasa dilakukan saat sendiri. Tak hanya pada suporter bola, hal itu juga terjadi pada kerumunan massa lainnya seperti kampanye maupun demo.

“Misalnya saja di tengah demo atau kampanye ada pemimpin yang meneriakkan kata-kata dan melakukan gerakan tertentu secara tidak sengaja atau tak disadari akan tertular. Orang seringkali kehilangan kesadaran saat sudah berkumpul karena terhipnotis lingkungan,” paparnya.

Untuk mencegah kericuhan massa, Koentjoro menyarankan pentingnya upaya pengendalian masa. Pengengendalian massa bisa dilakukan untuk memecah massa dalam kelompok lebih kecil, agar jiwa massa tidak terlalu solid. “Penting memecah massa agar massa tidak terkonsentrasi menjadi satu,” imbuhnya.

Dikatakan, aparat keamanan bisa membuat pengaturan waktu kepulangan suporter dalam beberapa kloter. Selain mengatur rute, juga untuk memecah kerumunan. “Kalau jiwa sudah dikendalikan massa itu kan susah apalagi kalau ada penyusup dengan tujuan tertentu seperti adu domba atau pun buat konten biar virak. Ini kan mengerikan jadi untuk mencegah kericuhan perlu memecah konsetrasi massa baik lewat pengaturan waktu ataupun rute,” katanya.(redaksi)

anarkis jiwa massa Prof. Drs. Koentjoro psikolog sepak bola supporter UGM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts