Uji coba menembakkan rudal yang dibuat bersama-sama di Lumajang.

UAD Yogyakarta Lakukan Uji Tembak Rudal ‘Kodok’ Kaliber 70mm Bersama BRIN dan TNI AD

Kampus

YOGYAKARTA – Adanya perang Rusia melawan Ukraina menyadarkan semua negara pada kondisi dunia yang rentan dengan konflik horizontal yang berkepanjangan. Masing-masing negara disadarkan akan pentingnya kekuatan membela diri untuk pertahanan dan keamanan negaranya, termasuk negara Indonesia.

Teknologi alutsista modern berupa rudal menjadi bukti kuat digunakannya teknologi perang pada abad modern ini sebagai pengganti perang konvensional yang menggunakan senapan dan sejenisnya. Selama perang yang berlangsung beberapa bulan ini, pihak Rusia menembakkan lebih dari 3.000 unit rudal ke wilayah Ukraina. Dengan jumlah rudal yang harus dimiliki sebanyak itu dalam suatu peperangan, sangat naif jika negara Indonesia belum siap memiliki alutsista serupa terlebih mandiri dalam pembuatannya.

Baca juga :  Prof Mahfud Sholihin: Perlu Kajian Lanjut Ganja sebagai Obat  

“Sebagai jawaban dari situasi yang ada, sejak tahun 2016 hingga kini, setiap tahun Pusat Riset Center for Integrated Research and Innovation (CIRNOV) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta secara konsisten membuat rudal (peluru kendali) kaliber 70 mm dan bekerja sama dengan PT Dahana serta Pustekbang, BRIN (Ex LAPAN), dan juga pihak TNI AD untuk memberikan kontribusi riil kepada negara,” kata Kepala CIRNOV UAD Prof. Hariyadi, Senin (8/8/2022).

Prof Hariyadi yang juga program leader tersebut melanjutkan, untuk jenis rudal sasaran darat yang dinamakan ‘Kodok’ kaliber 70 mm dilakukan uji di Lapangan Tembak AWR TNI AU, Lumajang, dari tanggal 2 hingga 4 Agustus 2022 sebagai uji awal tahun ini. Rudal berhasil masuk ke area target sebagaimana yang diharapkan.

Rudal Kodok memiliki berat sekitar 10 kilogram. Berat relatif ringan untuk dibawa oleh pasukan secara mobile dan punya potensi memiliki daya hancur sasaran yang tinggi.

Teknologi pencari sasaran/seeker didesain menggunakan sinar inframerah sehingga bidikan ke sasaran tidak kasat mata. Kegiatan uji hasil riset ini didukung melalui program pendanaan RISPRO LPDP 2022, Kemenkeu (Bidang Hankam) dengan topik Senjata Lawan Kendaraan Tempur (SLKT). Hadir dalam uji tembak tersebut adalah tim peninjau dari Poltekad (Kodiklat TNI AD), tim peneliti dari CIRNOV UAD, PT Dahana, Pusat Riset Teknologi Penerbangan, BRIN, serta personal dari AWR TNI AU.

Penembakan bertujuan untuk memvalidasi roket pendorong baru yang khusus didesain untuk Rudal Kodok oleh Tim Peneliti dari PT Dahana. Kerja-kerja pembuatan rudal termasuk penyempurnaan guidance system dilakukan melalui pengetatan Quality Assurance (QA), termasuk uji statis tiap-tiap subsystem.

Uji meliputi variabel kelurusan, sentrisitas fin-tail (sirip belakang) rudal, juga canard dan penjejak/seeker yang menjadi subsystem inti dari pengendalian suatu rudal, terlebih nantinya untuk persiapan industri. Hasil uji menunjukkan gaya dorong roket relatif stabil dan konsisten yang menjadi syarat pokok bisa dibuatnya senjata rudal. Desain Rudal Kodok mengalami perubahan pada sirip tengah (lifting surface) karena adanya perubahan performansi roket pendorong tersebut. Penyesuaian desain melalui uji yang dilakukan tidaklah mudah mengingat variabel-variabel yang lain harus diminimalkan, sehingga lintasan rudal bisa mencapai area target yang kemudian akan ditingkatkan akurasi pengenaan sasaran melalui sistem kendali yang sudah diuji pada tahun-tahun sebelumnya.

Rudal Kodok merupakan produk riset yang sudah diujitembakkan sejak tahun 2017. Alat ini didesain untuk bisa menghantam sasaran di darat, khususnya kendaraan tempur seperti panser, tank, dan sejenisnya. Kandungan lokal rudal ini cukup besar yaitu lebih dari 60% dengan melakukan desain sendiri yang disesuaikan kebutuhan pengguna yaitu TNI.

“Jenis rudal serupa banyak digunakan dalam berbagai peperangan seperti jenis Rudal Kornet (Rusia) yang digunakan pasukan Lebanon untuk menghadapi tank-tank Merkova Israel, juga di peperangan di Irak dan Suriah, sehingga kita tidak lagi dapat menghindar akan kebutuhan dan penguasaan senjata tersebut dalam perang darat,” jelas Prof. Hariyadi.

Selain Rudal Kodok, CIRNOV UAD juga memiliki produk riset rudal kaliber yang sama. Yakni, Rudal Merapi yang sudah diujitembakkan setiap tahunnya sejak 2016 hingga sekarang. Jenis rudal tersebut awalnya bekerja sama dengan Dislitbangad dan diteruskan dengan kemitraan bersama PT Dahana hingga sekarang, yang juga melibatkan peneliti dari Pusat Riset Teknologi Penerbangan, BRIN.

Rudal kaliber 70 mm menjadi fokus Tim CIRNOV UAD mengingat aspek vitalnya untuk perang gerilya modern yang mengharuskan tentara untuk bisa melakukan mobilitas dengan cepat dalam melumpuhkan serangan lawan secara personal. Hingga kini, Tim CIRNOV dan mitra sudah mengujitembakkan lebih dari 40 unit rudal/roket dengan dukungan dana yang jauh dari ‘kelayakan’ untuk level teknologi hankam strategis. Namun, pencapaian yang diperoleh bisa dikatakan cukup signifikan. Untuk itu dukungan anggaran yang signifikan khususnya dari pemerintah sangat diharapkan, agar kemandirian teknologi rudal yang selama ini belum ada pihak lain yang mampu membuat rudal sejenis bisa diakselerasi penyempurnaannya.(redaksi)

AWR TNI AU BRIN CIRNOV kaliber 70mm lapangan tembak Lumajang Pusat Riset Center for Integrated Research and Innovation Rudal Kodok TNI AD UAD Yogyakarta uji tembak rudal Universitas Ahmad Dahlan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts