Gula semut, hasil inovasi para mahasiswa UNY yang tengah berKKN di Purworejo.

Mahasiswa UNY Bantu Olah Gula Jawa Menjadi Gula Semut

Kampus

YOGYAKARTA –Sebagian orang menyebut gula merah dengan Gula Jawa. Produk gula yang berasal dari olahan berbahan dasar air nira atau tandan bunga pohon kelapa tersebut cukup populer. Selain menjadi pemanis pengganti gula pasir, gula jawa juga bisa menjadi bumbu masakan.

Sampai saat ini, Gula Jawa menjadi salah satu andalan Desa Gedong, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. Di tempat tersebut, dengan dukungan potensi alamnya, banyak produsen Gula Jawa di tempat tersebut. Sayangnya, kurangnya inovasi, banyak produsen Gula Jawa bertindak hanya sebagai pengepul dan pengolah.

Baca juga :  Uhamka Jakarta Resmi Punya Masjid Hisyam dan Klinik Pratama

Hal tersebut menjadi perhatian mahasiswa yang tengah melakukan praktik kuliah kerja nyata (KKN) dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) di Desa Gedong. Mereka ingin membantu mengolah Gula Jawa menjadi Gula Semut. Seperti diketahui, Gula Semut merupakan gula merah versi bubuk dan sering juga disebut orang sebagai gula kristal. Dinamakan gula semut, karena bentuk gula tersebut seperti rumah semut yang bersarang di tanah.

Para mahasiswa UNY yang tengah praktik KKN di Desa Gedong adalah Diah Widiastutik dari Prodi Pendidikan Kriya, Dimas Cahya Andriantopo dari Prodi Manajemen, Mariyani Ulfah dari Prodi Pendidikan Tata Busana, Lia Nur Jannah dari Prodi PGSD, Lilis Fitri Anggraeni dari Prodi Pendidikan Bahasa Perancis, Dennise Indrya dari Prodi Pendidikan IPA, Haitsam Prodi Teknik Informatika, dan Said Abdurrahman Prodi Pendidikan Geografi.

Ketua Kelompok KKN Diah Widiastutik mengatakan, mereka membuat gula semut sebagai salah satu sarana mem-branding Desa Gedong sebagai produsen gula yang sehat. “Harapannya gula semut ini bisa masuk ke dalam Badan Usaha Milik Desa atau Bumdes,” ungkap Diah, Rabu (2/11/2022).

Sementara itu Lurah Desa Gedong Rustriningsih mengatakan, permasalahan produsen dan pelaku usaha Gula Jawa adalah tidak bisa mengatasi naik turunnya harga, sehingga berpengaruh kepada perekonomian.

Sudrajat, salah satu produsen Gula Jawa memaparkan, banyak produsen Gula Jawa belum bisa melakukan inovasi akan produknya, karena beberapa faktor. Yakni, tidak ada sumber daya manusia (SDM) yang bisa mengolah Gula Jawa menjadi produk olahan yang lain serta kurangnya relasi dalam pemasaran. Mereka terbiasa menjual Gula Jawa ke pengepul.

“Adanya ketidakstabilan harga di pasaran dan kurangnya inovasi produk menjadi permasalahan bagi pelaku usaha gula jawa di Desa Gedong,” ungkap Sudrajat.

Dimas Cahya Andriantopo mengatakan, pembuatan gula semut diawali dari pengambilan air nira dari pohon kelapa yang diambil berkala agar menghasilkan air nira kelapa murni yang segar. “Siapkan alat seperti tungku, kayu bakar, dan wajan,” kata Dimas.

Selanjutnya, proses perebusan air nira hingga berubah warna dan mengental. Untuk proses tersebut, diperlukan api dalam kondisi stabil dalam meminimalisir kegagalan dalam proses produksi. Proses pengadukan dilakukan saat air nira mulai mengental dan berkurang kapasitas airnya. Kemudian, mengambil wajan dari tungku dan dilanjutkan proses pengadukan.

Proses pengadukan dilakukan sampai gula kental berubah menjadi gumpalan kering. Lalu, gilas menggunakan batok kelapa hingga gula menjadi halus seperti bubuk kristal.

Kemudian, bubuk kristal gula tersebut diayak menggunakan ayakan yang memiliki lubang sedikit rapat agar menghasilkan bubuk gula halus. Langkah terakhir adalah pengemasan, di mana bubuk gula semut dimasukkan ke dalam kemasan pouch 250 gram yang sebelumnya dibuat dengan desain sendiri. Kemudian, di-pres menggunakan alat sealer press.

Dennise Indrya mengatakan, gula semut tersebut memiliki berbagai kandungan. Seperti, Thiamin (Vitamin B1), Riboflavin (Vitamin B2), Nicotinic Acid (Vitamin B3), Pyridoksin (Vitamin B6), Ascorbic Acid, Kalsium, dan Niacin.

“Thiamin memperkuat sistem syaraf dan otot. Sedangkan riboflavin memperbaiki sistim kerja jaringan dan saluran pencernaan tubuh serta menghasilkan antibody,” papar Dennise.

Sesuai kandungan yang ada di dalamnya, gula semut tersebut bisa mencegah rematik, flu, dan ashma, mencegah kanker, menciptakan sistem imunitas, memperkokoh tulang dan sendi, melancarkan peredaran darah, dan membantu kesehatan kulit, sistem syaraf serta sistem pencernaan.

Sudayanto, mantan Lurah Gedong mengapresiasi langkah dan karya mahasiswa dari UNY. Menurutnya, gula semut sebagai pemanis dalam teh lebih enak dan manis, jika dibandingkan Gula Jawa maupun gula pasir.

“Bubuknya mudah larut, maka gula semut ini lebih efisien. Jika dibandingkan dengan Gula Jawa yang masih menyisakan gumpalan-gumpalan,” ujarnya.

Ia berharap, adanya inovasi produk Gula Jawa menjadi gula semut merupakan strategi awal meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam membangun perekonomian Desa Gedong.(redaksi)

air nira bumbu Desa Gedong Gula Jawa gula merah Kabupaten Purworejo Kecamatan Kemiri KKgula merah KKN kuliah kerja nyata masakan N UNY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts