CPOPC Kirim Bantuan Benih Kelapa Sawit ke Para Petani Honduras
JAKARTA – Para petani kecil di Honduras terdampak akibat badai Eta dan Iota yang menghancurkan negara tersebut. Karenanya, Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) bagian Indonesia dan Malaysia menyumbangkan total 102.000 benih kelapa sawit. Honduras merupakan menjadi negara ke-3 sebagai anggota CPOPC pada Mei 2023.
Wakil Perdana Menteri dan Menteri Perkebunan dan Komoditas Malaysia dan Ketua CPOPC, Dato’ Sri Haji Fadillah Yusof menegaskan, kontribusi tersebut menandakan kerja sama yang erat di antara negara-negara penghasil minyak sawit.
“CPOPC membuktikan pentingnya dalam pengembangan sektor kelapa sawit secara global. Kontribusi ini juga menandakan pengakuan kami terhadap Honduras sebagai sekutu penting CPOPC. Sangat tepat bagi kami memberikan bantuan dengan benih yang berkecambah. Saya berharap, ini akan membantu dalam membina ikatan yang lebih kuat antara anggota dan negara peninjau,” kata Dato’ Fadillah, Senin (20/3/2023).
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Bidang Perekonomian) Republik Indonesia Airlangga Hartarto memandang kontribusi tersebut sebagai respons kemanusiaan yang diharapkan bisa semakin mempererat kemitraan antara CPOPC dan Honduras.
“Saya ingin menegaskan kembali pentingnya aliansi yang diperkuat di antara negara-negara penghasil minyak sawit dan agar CPOPC bisa terlihat dan mengambil peran yang lebih signifikan dalam waktu dekat. Kontribusi benih berkecambah ini harus dilihat sebagai langkah awal menuju lebih banyak lagi kerja sama yang lebih baik antar-negara produsen,” kata Airlangga.
Sekjen CPOPC Rizal Affandi Lukman menyatakan, bantuan tersebut diharapkan bisa disalurkan pada 337 petani di Honduras yang membutuhkan dan membantu mereka dalam penanaman kembali 510 hektar dari 4.988 hektar perkebunan kelapa sawit yang ditanami secara ekstensif, rusak akibat angin topan. Kontribusi bantuan benih terdiri dari 20.000 benih sawit dari CPOPC, 62.000 benih sawit dari tujuh perwakilan sektor swasta Indonesia, dan 20.000 benih sawit dari sektor swasta Malaysia.
“Upaya kolaboratif ini merupakan contoh penting dari apa yang bisa dicapai saat semua pemangku kepentingan bekerja sama mengatasi dampak keberlanjutan minyak sawit. Kemitraan seperti inilah yang dibutuhkan industri saat ini untuk mengatasi tantangan tidak hanya dampak bencana alam tetapi juga kebijakan diskriminatif terhadap kelapa sawit,” kata Rizal. (redaksi)