Juan Gilbert Kakorea diterima di Program Studi Teknik Industri Universitas Gadjah Mada.

Kisah Mahasiswa UGM dari Daerah Terdepan, Terpencil, dan Terluar Indonesia

Kampus

YOGYAKARTA – Juan Gilbert Kakorea memiliki impian. Yakni, membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) guna menunjang kehidupan di Ibu Kota Nusantara (IKN) Kalimantan Timur. Berkat niat tersebut, semakin memantapkan pemuda asal Malinau ini menempuh pendidikan di Program Studi Teknik Industri Universitas Gadjah Mada.

Ya, Gilbert diterima di kampus kebanggaan masyarakat Yogyakarta ini melalui jalur Penelusuran Bibit Unggul Daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) yang dicanangkan UGM. Gilbert merupakan salah satu dari ribuan Gadjah Mada Muda yang berhasil lolos dalam pertempuran masuk ke UGM.

Baca juga :  Pendidikan Vokasi Siapkan Peserta Didik Hadapi Era Perubahan Yang Cepat

Menurut Gilbert, memilih jurusan teknik merupakan langkah tepat baginya agar bisa berkontribusi dalam pembangunan di daerahnya. “Menjadi seorang engineer yang bisa memanfaatkan ilmu yang saya dapatkan di UGM dan menerapkannya ke dalam kehidupan sehari-hari adalah cita-cita saya,” papar Gilbert di sela-sela kesibukannya menjadi mahasiswa baru di UGM, beberapa waktu lalu.

Gilbert mengaku senang, saat dirinya dinyatakan diterima di UGM. Awalnya, dia tidak menyangka akan diterima dijalur PBU. ”Saya melihat pengumuman jalur PBU saat sedang dalam perjalanan pulang ke kota saya dari lokasi UTBK-SNBT dan saya sangat bersyukur bisa menjadi mahasiswa UGM,” terangnya.

Bahkan selama proses seleksi, Gilbert hampir tidak menemukan kendala yang berat. “Saya cukup mempersiapkan rapor saya dan juga berlatih wawancara dengan teman saya untuk mempersiapkan tes lanjutan,” ungkapnya.

Seperti diketahui bahwa proses seleksi jalur Penelusuran Bibit Unggul (PBU) UGM, komponen seleksinya adalah dengan melihat prestasi akademik melalui nilai rapor.

Semasa SMA, Gilbert rajin mengikuti kegiatan organisasi internal dan aktif dalam berbagai kepanitiaan di sekolahnya. Dia juga aktif mengikuti organisasi eksternal yang dapat diyakininya dapat menambah relasinya dengan tokoh-tokoh penting di daerahnya. ”Ini sejalan dengan passion saya yang senang mengekspresikan diri dengan bertemu dan menjalin hubungan yang baik dengan semua orang, di mana itu bisa menambahkan kepercayaan diri saya,” papar Gilbert.

Ia meneruskan, saat pertama kali masuk ke UGM dan mengikuti PPSMB, dirinya sangat gembira bisa bertemu orang-orang hebat yang berasal dari penjuru Indonesia dan saya merasa sangat bangga bisa melaksanakan kegiatan action plan dengan teman-teman baru tersebut.

Dalam menempuh studi ke depannya, mahasiswa yang memiliki prinsip hidup mandiri ini mentargetkan lulus dengan gelar cumlaude. ”Selama kuliah, jangan sampai mengulang mata kuliah”, katanya.

Namun ia juga bertekad tetap terlibat aktif mengikuti kegiatan dan organisasi yang selaras dengan passionnya, sehingga bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat untuknya di masa depan.

”Saya memiliki harapan, setelah lulus, saya ingin membangun daerah saya, sehingga masyarakat di daerah saya bisa hidup mandiri dan sejahtera, tidak ada ketimpangan sosial dan juga masyarakat di daerah saya bisa meneruskan pembangunan yang dirancangkan oleh pemerintah di daerah saya,” tuturnya.

Lain halnya dengan Cece, sapaan akrab mahasiswa UGM Program Studi Ilmu Komunikasi yang diterima melalui jalur PBU Afrimasi 3T. Prosesnya untuk masuk ke UGM dilalui dengan pengalaman yang tidak mudah. Dia bertekad untuk kuat menjalani setiap rangkaian seleksi masuk UGM dengan penuh semangat.

”Banyak hal yang terjadi di luar rencana saya. Sebagai anak yang berasal dari keluarga dengan ekonomi terbatas, dengan gaji orang tua Rp 400.000 per bulan, saya memilih SMK, karena awalnya ingin langsung bisa bekerja saat lulus dan mengurangi beban orang tua, ungkap Cecelia Rianti Monica.

Cece menambahkan, waktu itu, dirinya dinyatakan tidak lolos SNBP, namun karena ingin kuliah di UGM,  saya tetap mendaftar SNBT. ”Selagi menunggu seleksi SNBT, saya mendapatkan informasi ada beasiswa untuk Ketua OSIS terbaik di Provinsi Bengkulu dan bekerja sama dengan beberapa PTN. Tentu saya tidak akan menyia-nyiakan hal tersebut. Saya langsung mendaftar dan melengkapi semua persyaratan,” tuturnya.

Setelah lulus tahap awal, mahasiswa yang semasa SMA mendapat beasiswa ini harus berangkat ke Kota Bengkulu yang berjarak sekitar 2 jam dari daerah tempat tinggalnya untuk melaksanakan ujian lanjutan.

”Alhamdulillah, hingga tahap wawancara saya dinyatakan masuk sebagai salah satu dari 10 ketua OSIS terbaik dan berhak mendapatkan beasiswa penuh untuk masuk ke Universitas” terang Cece.

Setelah tahapan penjaringan beasiswa selesai, ia langsung mendaftar dan melengkapi persyaratakan masuk Universitas Gadjah Mada Jalur PBUD Afirmasi Kegiatan Tri Dharma. Pada tahap seleksi berkas, ia dinyatakan lolos, dan berlanjut ke tahap wawancara. Ia menanti pengumuman PBUD Afrimasi dengan harap cemas sambil mengikuti SNBT.

Usahanya tidak sia-sia. Pada hari pengumuman PBUD Afirmasi, Cece dinyatakan lulus masuk sebagai Mahasiswa Universitas Gadjah Mada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Prodi Ilmu Komunikasi dan dibiayai penuh oleh pemerintahan Provinsi Bengkulu sebagai utusan dari daerah.

Sebagai utusan daerahnya, Cece bercita-cita ingin mengembangkan dunia videography dan perfilman. Terutama untuk anak-anak di daerah tempat tinggalnya, yang memiliki keinginan dan potensi keterampilan di bidang ini, namun tidak bisa terwujud, karena minimnya fasilitas dan belum adanya akses yang cukup baik di daerah tempat tinggalnya.

Kecintaannya pada dunia media digital yang selama ini ia tekuni dengan berfokus pada videografi, di mana ia banyak membuat karya-karya video yang berhubungan dengan masyarakat dan di antaranya memenangkan kompeitisi, menjadikan Cece ingin semakin mendalami dunia broadcasting dan media dan juga pola komunikasi antar individu dan kelompok melalui program studi yang ia pilih.

Selain itu, di Prodi Komunikasi, ia juga mendapatkan mata kuliah juga mencakup ilmu-ilmu dasar politik dan sosial, yang baginya sangat berguna dalam mengembangkan softskill jiwa kepemimpinannya yang sudah dimilikinya dan dipupuk sejak ia menjabat sebagai ketua Osis di sekolahnya selama 2 tahun berturut-turut hingga mendapat gelar Ketua Osis Terbaik se-Provinsi Bengkulu.

Pengalaman haru dan bahagia juga dirasakan mahasiswi asal Bengkulu Utara ini, saat pertama kali masuk sebagai mahasiswa UGM dan mengikuti PPSMB 2023. ”Saya terharu bisa menjadi salah satu bagian dari teman-teman yang sangat hebat. Banyak belajar hal baru mengenai keunikan daerah masing-masing dan belajar cara berkomunikasi yang baik dan sesuai dengan orang-orang yang kita temui” ungkapnya.

Ke depannya, Cece bertekad untuk lulus tepat waktu dan berprestasi di bidang yang sudah ditekuninya. Sebagai mahasiswa, Cece juga ingin kehadirannya bisa memberikan kontribusi lebih kepada Kampus UGM dengan ikut aktif di salah satu organisasi kemahasiswaan.

Beda pula dengan Insyirah Qalbunita Rahayan. Ia masih tidak percaya dirinya dinyatakan diterima di Universitas Gadjah Mada, Program Studi Pendidikan Kedokteran.

”Sampai sekarang, saya masih tidak menyangka bahwa saya, anak dari daerah terpencil juga bisa lolos masuk Universitas Gadjah Mada. Saya sangat bersyukur, bangga dan senang sekali.”, akunya.

Mahasiswa Kedokteran asal Maluku Tenggara ini memang sejak kecil sudah bercita-cita ingin menjadi dokter. Mengingat daerah tempat tinggalnya yang sangat kekurangan tenaga dokter dan prospek kerja yang belum luas bagi tenaga dokter, inilah yang memotivasi Caca, panggilan akrabnya untuk bertekad melalui serangkaian seleksi masuk UGM.

”Saat itu saya sedang menuju ke daerah lokasi Tes SNBT di Kepulauan Aru dengan menggunakan transportasi laut. Ketika kapal sudah bersandar di pelabuhan, saya mendapat notifikasi whats up kalau saya ternyata masuk di grup wawancara PBU 3T. Hari kelima menjelang SNBT, saya diberitahu oleh salah satu dosen di grup whats up tersebut untuk mengikuti wawancara. Ternyata jadwal wawancara saya bertepatan dengan jadwal UTBK,” imbuhnya.

Tentu saja, perasaan Caca saat itu sempat panik, stress, dan bimbang. Namun dengan dukungan dari orang tua, Caca mampu membuat keputusan bijak, yaitu dengan mengorbankan salah satu di antara kedua jalur masuk yang akan diikutinya dan bertekad mengikuti wawancara Jalur PBU 3T yang sudah separuh jalan. Sisa waktu menuju tes wawancara digunakannya dengan baik. Alih-alih panik, stress, dan bimbang, Caca menggunakan waktu 5 hari sebelum wawancara untuk belajar dan berlatih wawancara dan pastinya ia melakukan perasiapan diri secara fisik dan mental. ”Yang terpenting, tidak lupa berdoa dan serahkan semua ke Tuhan Yang Maha Esa” katanya.

Seminggu setelah wawancara, pengumuman hasil PBU Kemitraan diumumkan. ”Saat membuka pengumuman, di rumah hanya ada saya, paman, dan saudara. Orang tua saya sedang berada di luar kota. Sebelum saya membuka laman untuk melihat hasilnya, saya berdoa: “Ya Allah, hamba serahkan semua kepadamu, yang terbaik untuk hamba. Apapun hasilnya itulah yang terbaik. Hamba ikhlas ya Allah.”

Caca tidak menduga, jika hasil pengumuman seleksi menyatakan dirinya diterima di Universitas Gadjah Mada, Program Studi Pendidikan Dokter. ”Rasanya seperti mimpi melihat di laman penerimaan, nama saya tertulis ”diterima”, kenangnya.

Mahasiswa yang selalu memang prinsip hidup optimis ini juga menuturkan rasa senang dan dan bersemangatnya saat pertama kali masuk ke UGM sebagai mahasiswa baru dan mengikuti PPSMB Pionir Gadjah Mada 2023. ”Sesuai ekspektasi saya kalau PPSMB ternyata seseru dan semenyenangkan itu” tuturnya.

Ia menambahkan, bertemu teman baru dan lingkungan baru bagaikan membuka lembaran baru bagi saya. ”Awalnya saya memiliki ketakutan bahwa nanti akan susah mendapatkan teman karena saya berasal dari daerah terpencil, tetapi kata teman-teman, justru itu uniknya berteman dengan saya yang berasal dari daerah yang jauh dan terpencil. Tidak ada rasisme dan senioritas selama saya menjalani PPSMB dan menjalani kuliah”, ungkap Caca.

Target ke depan, Caca berharap bisa tetap bertahan mengikuti proses perkuliahan dan bisa lulus dengan IPK di atas 3. Meskipun fokus kuliah, Caca juga akan tetap aktif mengikuti beberapa organisasi kemahasiswaan. Semasa di sekolah menengah, ia adalah siswa yang cenderung aktif di bidang non-akademik seperti olahraga dan seni kreasi. Bahkan Caca pun kerap mengikuti berbagai perlombaan seperti lomba badminton, lomba video pendek, dan juga lomba tari kreasi. Mahasiswa kelahiran Ambon ini juga berharap saat lulus nanti, dirinya bisa kembali mengabdi menjadi dokter sebagai lulusan terbaik dan siap melayani masyarakat di Maluku Tenggara.

Cerita di atas merupakan wujud komitmen UGM untuk memperkuat inklusivitas keragaman dengan terus memberikan pemerataan dan kesetaraan akses pendidikan bagi mahasiswa dari wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) melalui penjaringan kandidat potensial jalur Penelusuran Bibit Unggul Daerah 3T dan Penelusuran Bibit Unggul Daerah Afirmasi Kegiatan Tri Dharma UGM. (Mukijab)

Bibit Unggul Daerah 3T Ibu Kota Nusantara IKN Kalimantan Timur Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTA program studi Teknik Industri Terdepan Terluar Tertinggal UGM Universitas Gadjah Mada.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts