Kerajinan dari Kayu Cengkeh, Tim Emas Menoreh Raih Pendanaan dari Kementerian Pendidikan
YOGYAKARTA – beberapa mahasiswa dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mengubah batang kayu cengkeh menjadi kerajinan yang bernilai jual tinggi. Mereka adalah Roma Sigit Pamungkas dari Program Studi (Prodi) Pendidikan Kriya, Auliyani Abdillah Rmb dari Prodi Akuntansi, Siti Fatimatul Zahro dari Prodi Manajemen, Anisa Aprilia dari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), dan Eva Oktina Harini dari Teknologi Pendidikan.
Roma Sigit Pamungkas, ketua tim mengatakan, mereka mengolah batang kayu cengkeh menjadi kerajinan karena cukup melimpah, tetapi belum dimanfaatkan secara tepat oleh petani dan masyarakat sekitar, sehingga batang tersebut hanya digunakan sebagai kayu bakar. Padahal, batang kayu cengkeh memiliki daya kekuatan yang baik dengan corak batang yang unik.
“Hal ini tentu bisa menjadi peluang usaha untuk mengembangkan produk berbahan dasar kayu cengkeh,” ungkap Roma, Jumat (6/10/2023).
Selain itu, lanjut Roma, permintaan produk furnitur yang terbuat dari bahan alam seperti serat alam maupun batang kayu terus meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu, furnitur sebagai penghias ruangan yang terbuat dari bahan alam akan memberikan kesan alami dan ringan untuk dipajang dan digunakan sehari-hari.
Sementara itu, Auliyani Abdillah Rmb menambahkan, unit usahanya dinamai ‘Emas Menoreh’ dengan produk utama berupa hiasan dinding, kaca, dan lampu gantung dengan luasnya target konsumen meliputi pembeli perseorangan, kafe, hotel, dan perkantoran.
Menurutnya, sentra produksi Emas Menoreh ini berlokasi di Kuloprogo, tepatnya di Ngaliyan, Ngargosari, KecamatanSamigaluh, Kabupaten Kulonprogo. Mereka telah menjangkau konsumen hingga ke luar pulau Jawa.
Diungkapkan Siti Fatimatul Zahro, produk yang dihasilkan adalah cermin kaca, lampu gantung, dan hiasan dinding.
“Pembuatan produk ini tergolong tidak terlalu rumit, sehingga cukup mudah diproduksi massal,” imbuh Siti.
Ranting kayu cengkeh ini memiliki banyak keunggulan. Salah satunya adalah serat sangat halus, tidak dimakan rayap dan bertekstur keras, sehingga awet bertahun-tahun lamanya.
Hal tersebut menjadi keunggulan bagi konsumen. Karena, produk bisa bertahan lama. Selain itu, produk kerajinan Emas Menoreh ini mudah dirawat dan tidak memerlukan biaya tinggi untuk merawatnya.
Cara membuatnya dijelaskan Anisa Aprilia. Langkah pertama adalah membeli ranting kayu cengkeh yang berserakan (tidak dimanfaatkan) dari lahan petani cengkeh. “Kulit ranting cengkeh dikelupas kemudian dikeringkan dan disortir kembali” kata Anisa.
Kemudian, ranting kayu cengkeh dipotong sesuai pola dan dirakit membentuk disain produk. Lalu dihaluskan serta difinishing menggunakan cat campuran melamin dan thinner. Ranting cengkeh siap digunakan.
Dengan keunikan yang dimiliki seperti produk ramah lingkungan dari limbah ranting kayu cengkeh yang masih langka diperjual-belikan, model bisnis sosial entrepreneurship yang padat karya dan inovatif, serta keunikan produk karena menggunakan bahan baku alami yang masih jarang dijual di pasaran. Produk mereka juga diolah secara tepat, sehingga mampu bertahan lama menjadi sebuah kerajinan yang estetik dan fungsional. Berkat ketekunan mereka, tim dari Emas Menoreh ini berhasil meraih pendanaan dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi dalam skema Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) tahun 2023.(Sekarlangit)