Mahasiswa Sosiologi UWM Yogyakarta Belajar Budaya Politik Pangan di Desa Wisata Brayut
Diajak Menggali Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Masyarakat
SLEMAN – Mahasiswa Program Studi (PS) Sosiologi Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta melakukan kunjungan kuliah lapangan ke Desa Wisata Brayut yang ada di Kabupaten Sleman, pekan lalu (6/12/2024). Peserta kuliah lapangan adalah mereka yang tengah mengambil mata kuliah Budaya Politik Pangan.
Kegiatan tersebut didampingi Puji Qomariyah, dosen pengampu mata kuliah tersebut. Tujuannya, mengimplementasikan teori yang sudah dipelajari di kelas melalui pengalaman langsung di lapangan.
Seperti diketahui, Desa Wisata Brayut berlokasi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Wisat Brayut merupakan salah satu contoh keberhasilan pengembangan potensi desa melalui konsep pariwisata berbasis masyarakat. Desa ini dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yang mengembangkan berbagai inisiatif untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat.
Seperti diketahui, sejarah Desa Wisata Brayut bermula dari upaya masyarakat setempat mengoptimalkan sumber daya lokal dan memberdayakan potensi wilayah. Melalui pendekatan partisipatif, warga berhasil mengubah tantangan menjadi peluang dengan mengembangkan konsep desa wisata yang memadukan potensi pertanian, budaya, dan pariwisata.
Desa ini resmi menjadi desa wisata pada awal 2000-an. Fokus utama yang dilakukan adalah pada pelestarian nilai-nilai tradisional dan pemanfaatan potensi agraris. Brayut berhasil menciptakan pengalaman wisata berbasis edukasi. Seperti belajar menanam padi, memanen hasil bumi, hingga praktik kuliner tradisional.
Puji Qomariyah mengatakan, kegiatan ini merupakan upaya mempertemukan teori budaya politik pangan yang dipelajari di kelas dengan praktik nyata di masyarakat.
“Budaya politik pangan merupakan refleksi dari bagaimana masyarakat memahami, memproduksi, dan mendistribusikan pangan sebagai bagian dari identitas, kebijakan, dan keberlanjutan. Melalui kuliah lapangan ini, mahasiswa diharapkan bisa memahami dinamika pemberdayaan Masyarakat, sekaligus mengaitkannya dengan kebijakan pemerintah. Seperti program makan siang bergizi gratis yang diinisiasi Presiden Prabowo,” papar Puji.
Program makan siang bergizi gratis, lanjut Puji, merupakan langkah strategis pemerintah menjamin kesejahteraan pangan, sekaligus memberdayakan masyarakat pedesaan sebagai penyedia bahan pangan lokal. Desa Wisata Brayut merupakan salah satu contoh bagaimana masyarakat bisa mengelola potensi lokalnya secara berkelanjutan.
“Konsep one village one product yang diterapkan di Brayut merupakan cerminan nyata pemberdayaan berbasis lokalitas, di mana produk unggulan desa seperti beras organik dan hasil olahan tradisional menjadi aset utama yang mendukung pariwisata sekaligus meningkatkan kemandirian ekonomi,” imbuhnya.
Para mahasiswa yang hadir dalam kegiatan tersebut diajak berinteraksi langsung dengan masyarakat Desa Brayut. Mereka berusaha memahami proses pemberdayaan. Mulai dari pengelolaan lahan pertanian, cara mengolah makanan tradisional, menyajikan hingga makan ala desa sebagai bentuk kegiatan wisata edukasi.
Di samping itu, mereka juga diajak berdialog dengan pengelola desa wisata. Harapannya, para mahasiswa memahami tantangan dan peluang dalam mengembangkan desa berbasis agraris.
Kegiatan kuliah lapangan ini diharapkan memberikan inspirasi kepada mahasiswa untuk tidak hanya memahami teori. Namun, juga berkontribusi pada pengembangan kebijakan berbasis masyarakat yang berkelanjutan. Desa Wisata Brayut menjadi contoh bagaimana pemberdayaan masyarakat berbasis agraris bisa mendukung kedaulatan pangan sekaligus mempromosikan nilai-nilai tradisional kepada generasi muda dan masyarakat luas. (Heroe)