Tim Sugeng Riyadi saat melakukan simulasi atas alat pengembangan diri Self-Determination Mat berbasis ESP-32 yang diikutkan pada Lomba Inovasi Digital Mahasiswa (LIDM) di Bandung.

Mudahkan Bina Diri Anak Berkebutuhan Khusus, Karya Mahasiswa UNY Sabet Emas LIDM

Kampus

YOGYAKARTA – Peserta didik dengan hambatan intelektual merupakan anak yang memiliki keterbatasan dalam berpikir. Keterbatasan tersebut mengakibatkan peserta didik mengalami permasalahan dari beberapa aspek. Salah satunya aspek bina diri.

Pembelajaran yang diberikan ditekankan pada aspek bina diri (Activity Daily Living), agar peserta didik bisa melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Karenanya, seharusnya sekolah memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran bina diri pada seluruh anak yang memiliki hambatan.

Baca juga :  My Journey Sabet Juara 1 Lomba Inovasi Digital Mahasiswa

Hal ini membuat sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) merancang alat pengembangan diri Self-Determination Mat berbasis ESP-32 yang mudah dipahami dan digunakan. Mereka adalah Tarangga Rizal Ramadhan dari Teknik Industri, Yanuar Agung Fadlullah dari Pendidikan Teknik Mesin, Sahid Ramandhani dari Pendidikan Teknik Elektronika, dan Sifa Nurazijah dari Pendidikan Luar Biasa yang tergabung dalam Tim Sugeng Riyadi.

Menurut Tarangga Rizal Ramadhan, pembelajaran yang ditujukan bagi peserta didik dengan hambatan intelektual perlu menyesuaikan dengan karakteristik, kebutuhan, maupun hambatan yang dialami. Baik dari segi akademik maupun non-akademik.

“Contoh kasus yang pernah terjadi, peserta didik belum mampu buang air secara mandiri, baik dalam proses mengkomunikasikannya maupun proses tahapan yang harus dilakukan, ketika buang air yang ditunjukkan dengan peserta didik buang air di kelas,” ungkap Rizal di UNY, pekan lalu (14/7/2023).

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, lanjut Rizal, dibutuhkan pembiasaaan pelatihan pembinaan diri, baik menggunakan media teknologi pembelajaran di mana bisa membantu guru mengajarkan pembinaan diri kepada anak tersebut. Pembuatan media ini dirancang seunik dan sesederhana mungkin, agar lebih mudah dipahami dan digunakan baik dari peserta didik maupun tenaga pendidik.

Semua itu dimaksudkan, anak hambatan intelektual bisa dengan mudah memahami apa yang terdapat di media dan mempraktekkannya.

Yanuar Agung Fadlullah menambahkan, media yang dikembangkan tidak hanya sederhana dan menarik, namun perlu adanya antisipasi bahaya yang akan terjadi pada pengguna. Yaitu, anak hambatan intelektual. Penggunaan alat-alat yang menggunakan kabel akan membahayakan peserta didik bila digunakan. “Kami gunakan teknologi mikrokontroler ESP-32 untuk media yang kami buat,” imbuh Yanuar.

Mikrokontroller tersebut merupakan mikrokontroler SoC (System on Chip) terpadu, di mana dilengkapi wi-fi 802. 11/b/g/n/, bluetooth versi 4.2, dan berbagai peripheral. EPS0 32 merupakan suatu chip yang cukup lengkap, di mana terdapat prosesor, penyimpanan, dan akses pada GPIO (General Purpose Input Output). ESP -32 bisa digunakan dalam rangkaian pengganti pada arduino, ESP-32 memiliki kemampuan mendukung koneksi ke wi-fi secara langsung. Self-Determination Mat yang dibuat merupakan karpet pembelajaran yang terdapat beberapa opsi. Seperti menyisir rambut, melepas sepatu, atau cuci tangan.

Sahid Ramandhani menjelaskan, media pembelajaran tersebut terdapat notifikasi suara, musik selama permainan berlangsung, LED lighting, visual learning, remote, wireless control, memory dan keypad.

“Sistem kerjanya, setelah alat dinyalakan dan disambungkan ke program di laptop, peserta didik diminta menginjak salah satu keypad,” kata Sahid.

Terdapat push button di dalamnya yang akan memutar video sesuai bina diri yang dipilih. Jika ingin mengganti bina diri lain, tinggal injak kotak lainnya yang telah dikendalikan mikrokontroller ESP-32. Dalam laptop terpampang hal-hal yang harus dilakukan siswa sesuai pilihan dalam karpet pembelajaran.

Dikatakan Sifa Nurazijah, metode pembelajaran dengan strategi direct instruction tersebut akan memberikan pemahaman yang bertahap mengenai bentuk kegiatan yang dicontohkan, sehingga membantu peserta didik hambatan intelektual mencontohkan dan melakukan kegiatan tersebut dengan tepat. Dengan penggunaan media ini, peserta didik akan memahami kegiatan yang telah digambarkan dalam video, karena sesuai prinsip pembelajaran bagi peserta didik hambatan intelektual yaitu prinsip keperagaan.

Media ini juga dirancang bisa digunakan di sekolah maupun di rumah menggunakan bantuan TV, proyektor, bahkan PC/laptop. Penggunaan media ini diharapkan bisa membantu peserta didik hambatan intelektual melakukan kegiatan bina diri secara mandiri hingga dewasa nanti.

Menariknya, karya tersebut berhasil memenangkan medali emas kategori inovasi pembelajaran digital pendidikan dalam Lomba Inovasi Digital Mahasiswa (LIDM) di Bandung. Dosen pembimbing tim Sugeng Riyadi, Rendy Roos Handoyo MPd bangga para siswa bimbingannya bisa meraih capaian tertinggi LIDM tahun ini.

“Harapan saya, penggunaan media di SLB ini juga bisa membantu tenaga pendidik menemukan cara mengajarkan ke siswa yang lebih menarik dan inovatif” ungkap Rendy.(Sekarlangit)

Activity Daily Living alat aspek bina diri ESP-32 Hambatan intelektual pengembangan diri Self-Determination Mat Universitas Negeri Yogyakarta UNY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts