Halal bi Halal Anggota Pakurojo, Wadah Warga Bojonegoro di Yogyakarta

YOGYAKARTA –Warga Bojonegoro yang tinggal dan menetap di Yogyakarta menggelar acara halal bihalal dan temu paseduluran. Pertemuan tahunan ini berlangsung meriah. Ratusan warga asal Bumi Angling Dharma larut dalam kegembiran saat bertemu sesama perantuan sekaligus menikmati menu makanan khas Bojonegoro.
Menu makanan khas yang dihadirkan dalam pertemuan Paguyuban Keluarga Bojonegoro Jogjakarta (Pakurojo) di antaranya, nasi jagung, sayur asem klentang, mangut ikan pe, sayur lodeh kluweh, sayur menir, pepes pindang, bothok mlandingan, sambel ale, dan pelas. Juga ada waluh kukus, kucur, singkong rebus, tape ketang hitam, dan masih banyak lagi.
“Syukur Alhamdulillah, akhirnya bisa menikmati sayur menir klentang setelah sekian tahun,” ungkap Ketua Badan Wakaf UII Suwarsono Muhammad, di sela pertemuan di Swasa Cafe, Dusun Kadisuko, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta, pekan lalu.
Suwarsono menambahkan, agar pertemuan Pakurojo tidak hanya digelar saat Syawal. Ia mengusulkan bisa diadakan setidaknya enam bulan sekali. Tujuannya, agar warga Pakurojo saling mengenal satu sama lainnya.
“Jangan menunggu satu tahun lagi untuk mengadakan acara seperti ini. Minimal, enam bulan lagi dan tentu saja dengan menu makanan khas Bojonegoro,” imbuhnya.
Selain menikmati makanan khas Bojonegoro, warga rantau yang tergabung dalam Paguyuban Keluarga Bojonegoro Jogjakarta (Pakurojo) dan Ikatan Mahasiswa Bojonegoro Jogja (Imago) saling bersalam-salaman. Apalagi saat ini masih nuansa Syawal 1444 Hijriah/Tahun 2023.
Di pengujung acara, anggota Pakurojo menggelar doa bersama untuk para pendiri dan anggota Pakurojo yang sudah meninggal. Doa dipimpin Pengasuh Pondok PesantrenTahfidz Latifah Mubarakiyah KH Dimhari Noor Hasyim. Pondok itu sendiri berada di Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.
“Semoga para pendiri dan anggota Pakurojo yang sudah tiada mendapat tempat layak di sisi-Nya dan diampuni segala dosa-dosanya,” papar KH Dimhari, yang juga alumni UGM ini.
Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Gatot Supangkat mengaku senang dengan pertemuan serta jamuan masakan khas Bojonegoro. “Pertemuan ini istimewa dan matoh. Tidak hanya bisa bertemu dengan sesama rantuan, namun bisa bersama-sama menikmati masakan khas Bojonegoro yang uenak dan istimewa,” ujar Gatot, yang dikenal menjabat pengurus PP Muhammadiyah ini.
Ketua Pakurojo Ahmad Zainal Fanani berterima kasih pada para sesepuh pendiri dan anggota Pakurojo yang menyempatkan waktu dalam pertemuan syawalan tahun 2023. Pertemuan ini menjadi momentum istimewa bagi warga Bojonegoro di Yogyakarta. Tiga tahun lebih, mereka tidak bisa menyelenggarakan syawalan halal bihalal, karena pandemi Covid-19. Beruntung, tahun ini bisa melaksanakan kembali.
“Tidak ada acara formal. Silahkan, dinikmati makanan yang dimasak sendiri oleh warga Bojonegoro yang ada di Yogyakarta. Memang, sebagian bahan-bahan makanan langsung didatangkan dari Kabupaten Bojonegoro,” papar mantan Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) DIY ini.
Pertemuan ini juga jadi ajang pengenalan bagi mahasiswa Bojonegoro yang tengah belajar di kota pelajar. Harapannya, mereka bisa mengetahui, siapa saja warga Bojonegoro yang menetap di Yogyakarta.
“Insya Allah, acara semacam ini akan sering dilakukan. Nostalgia makanan khas Bojonegoro karena banyak anggota Pakurojo yang sudah lama sekali tidak pulang ke Bojonegoro,” lanjut dosen IKIP PGRI ini.
Bersamaan dengan syawalan dan temu paseduluran warga Bojonegoro, juga digelar live painting oleh tiga seniman Bojonegoro yang tinggal di Yogyakarta. Mereka adalah Agus Tomin, yang dikenal sebagai seniman lukis, serta dua seniman kaligrafi Masbukin dan Syofiudin. Juga ada pameran buku karya dosen asal Bojonegoro, yaitu Dr Lutfi Muta’ali yang merupakan Dosen Geografi UGM dan Penemu Metode Membaca Alquran yaitu Qurani. Ada juga kerajinan batik Jumput oleh Cholid.
Sejumlah pendiri Pakurojo hadir, seperti Soedjono dan Mahawan. Juga ada tokoh lain, seperti Ketua Senat IST Akprind Yogyakarta Prof Sudarsono, Dosen UIN Sunan Kalijaga Muhammad Jamil, dan Dosen UMY Djuhari. (Syeila)