Dr Mukhijab: Politisi Intelek Perlu Mentertawakan Dirinya

YOGYAKARTA – Kasus Ade Armando mencibir mahasiswa Yogyakarta yang mengkritik politik dinasti karena sistem kekuasaan di provinsi ini berbasis dinasti Kesultanan Yogyakarta, merupakan strategi yang bersangkutan menangkis kenyataan bahwa proses pasangan capres dan partai yang didukungnya bukan berbasis politik dinasti.
“Anatomi politik Ade Armando itu sebagai strategi mengingkari realitas objektif dalam pasangan capres yang didukungnya agar pemilih menerima bahwa politik dinasti sah-sah saja karena praktik dinasti ada dalam sistem kekuasaan dalam kelompok masyarakat tertentu di Indonesia. Ini suatu ironi strategi kampanye capres,” kata Sosiolog Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta Dr. Mukhijab, MA, Kamis (7/12/2023).
Langkah Armando sebagai apologi politik dengan tujuan, mahasiswa Yogyakarta jangan bicara dan mengolok politik dinasti pada pasangan capres tertentu sementara sistem kekuasaan yang berlaku di Yogyakarta identik dengan politik dinasti.
“Apologi politik itu mendistorsi sejarah keistimewaan Yogyakarta dan legalitas konstituional terhadap status daerah Yogyakarta sebagai daerah dengan status khusus dalam konstitusi. Anatomi apolitik Armando justru mengungkap dilema terhadap sikap politiknya dan dukungannya terhadap capres yang mengikuti jejak politik dinasti,” kata dosen Sosiologi UWM Yogyakarta ini.
Sikap Armando minta maaf dan mencabut pernyataan tentang politik dinasti di Yogyakarta, perlu menjadikan kasus ini sebagai pembelajaran tentang fatsun politik bagi intelektual kampus yang berpolitik praktis.
Intelektual kampus yang bermutasi menjadi intelektual politisi harus siap mentertawakan dirinya sendiri karena terhadap kesenjangan konsep politik dan realitas politik.
Saat berbicara di depan forum ilmiah, intelektual kampus menyampaikan idealisme politik. Sementara saat intelektual berpolitik praktis melihat realitas sosial yang berbeda dengan idealitas konsep politik. Saat dalam kapasitas intelektualnya kampus bisa menggagas capres ideal yang tidak berdinasi politik, kenyataan itu berbanding berbalik saat intelektual mejadi politisi dan capres serta partai yang didukungnya menerapkan dinasti politik.
“Intelektual kampus yang bermutasi menjadi intelektual politisi harus siap menertawakan dirinya dalam meghadapi kesenjangan idealitas konsep dan realitas politik. Ketika inelektual politisi bersikap seperti masa menjadi intelektual kampus maka bersiap saja ditertawakan dan berbenturan dengan Masyarakat,” imbuhnya.
Berkaitan tuntutan para warga Yogyakarta agar kasus Armando di bawa ke ranah hukum, ini menunjukkan penghormatan dan respek masyarakat Yogyakarta terhadap sistem politik yang berlaku di daerah ini.
Namun melaporkan Armando ke polisi di tengah proses pesta politik lima tahunan bisa kontraproduktif, karena langkah tersebut bisa menjadi amunisi pasangan capres tertentu sebagai strategi kampanye untuk mempopulerkan dan meningkatan elektabilitas capres dukungannya yang terindikasi menerapkan dinasti politik.
Isu politik dinasti dari Armando bisa saja sebagai strategi kampanye. Apabila mendapat respons yang berlebihan dan berkelanjutan, ini bisa berdampak positif bagi pasangan capres dan partai tertentu.
“Colling down sementara terhadap kasus Armando bisa memberikan ruang demokratisasi politik bernafas Panjang, dan isu ini biar tidak menjadi alat komodifikasi informasi kampanye capres dan partai tertentu,” kata Mukhijab.
Sebelumnya, politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Ade Armando membuat pernyataan yang menyinggung dinasti politik di Yogyakarta menuai polemik. Awalnya, Ade mengungkapkan hal tersebut untuk menyindir aksi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI dan UGM yang mengkritisi politik dinasti pada Pilpres 2024. Politik dinasti menjadi banyak diperdebatkan usai Gibran Rakabuming Raka maju sebagai cawapres Prabowo Subianto. Gibran merupakan anak dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dia maju dengan proses yang penuh kontroversi.
Ade Armando menyoroti tentang kaus yang dipakai oleh perserta demo yang bertuliskan “Republik Rasa Dinasti.” Ade mengatakan, mahasiswa yang melakukan demo keliru tentang definisi dari politik dinasti. Politikus PSI tersebut mengaku merasa ironis dengan aksi tersebut sebab politik dinasti sesungguhnya menurut Ade justru berada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang menjadi lokasi aksi BEM UGM.
“Ini ironis sekali karena mereka sedang berada di wilayah yang jelas-jelas menjalankan politik dinasti dan mereka diam saja. Anak-anak BEM ini harus tahu dong. Kalau mau melawan politik dinasti, ya politik dinasti sesungguhnya adalah Daerah Keistimewaan Yogyakarta,” kata Ade Armando menambahkan.
Ade Armando mengkritik tentang proses Pemilu di Yogyakarta yang tidak sama dengan banyak wilayah di Indonesia lainnya. Di Yogyakarta, tidak ada pemilihan Gubernur lima tahun sekali, sebab satu-satunya yang berhak menjadi gubernur adalah raja.
“Gubernurnya tidak dipilih melalui Pemilu. Gubernurnya adalah Sultan Hamengku Buwono X yang telah menjadi gubernur karena garis keturunan,” imbuhnya.
Selang beberapa saat, Ade Armando melayangkan permintaan maaf melalui saluran yang sama, medsos. Permintaan maaf itu disampaikan setelah munculnya polemik di tengah masyarakat. Bahkan, Ade menegaskan, pernyataannya tentang politik dinasti itu merupakan pandangan pribadi tidak ada sangkut pautnya dengan PSI.
“Melalui video ini, saya ingin mengajukan permintaan maaf sebesar-besarnya, seandainya video saya yang terakhir soal politik dinasti telah menimbulkan ketersinggungan dan kegaduhan terutama di Daerah Istimewa Yogyakarta. Saya sudah mendengar ada aksi tangkap Ade Armando dan rencana untuk mendatangi PSI Yogyakarta. Saya ingin sampaikan, aoa yang saya katakan di video tersebut adalah sepenuhnya pandangan saya, sikap politik saya,” katanya.
Ditambahkan, menurutnya, semua itu tidak ada hubungannya dengan pandangan politik dan policy dari DPP PSI dan DPW PSI Yogyakarta.
“Sepenuhnya pandangan saya. Karena itu, mengikuti arahan dari DPP PSI, saya mengajukan permohonan maaf sebesar-besarnya pada segenap pihak bila video tersebut telah menimbulkan ketersinggungan dan kegaduhan,” ujarnya.(Heroe)